Goresan Pena Ayu

Sederhana, (Mencoba) Mengena dan Bermakna

Catatan Tarawih Satu : Imam Grogi Lulusan Hadramaut Juli 6, 2014

Filed under: catatan harian,Hikmah — ayunp @ 3:53 pm
Tags:

 

Bacaan Alfatihahnya lantang dan lancar. Namun ada satu yang mengganggu, yaitu beberapa makhrijul huruf yang kurang ‘pas’. Tapi ya sudah, imam juga manusia, ada kekurangannya.

Ada jeda antara salat dua-dua rakaat dengan salat witir. Jeda yang lamanya kira-kira 15 menit  itu digunakan oleh imam untuk menyampaikan  ceramah singkat.

“Perkenalkan, nama ana Syamsudin. Maaf kalau agak grogi karena baru pertama kali jadi imam di sini. Umurnya masih kecil (sambil malu-malu). Baru 25-24 gitu…”

Oalah, mungkin karena itu ya, bacaan salatnya jadi agak ‘berantakan’. #baiklah J

Isi ceramah Mas Syamsudin tentang sejarah puasa Ramadhan. O, ternyata puasa itu baru  diperintahkan pada tahun ke-2 Hijriah. Ceramahnya memang belum sistematis dan sering diulang-ulang (maklum masih grogi ^^)

“Bapak, Ibu, bukannya mau nyombong nih. Setelah lulus Aliyah, ana dapat beasiswa 5 tahun ke Hadramaut. Masya Allah, di sana kalau puasa panas sekali!”

Wuih, lulusan Hadramaut ternyata…

Besoknya, Mas Syamsudin jadi imam dan ngisi ceramah lagi. Groginya udah mulai berkurang lho! Kali ini, dia cerita tentang peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ramadhan, yaitu Perang Badar. Pasukan Umat Islam yang ketika itu berjumlah 300-an ternyata bisa mengalahkan Pasukan Quraisy yang berjumlah 1000-an. Allahu Akbar!

 

Tuhan Tahu Kita Mampu (Lyric) – Ali Sastra ft. The Jenggot Juni 26, 2014

Filed under: Hikmah,yang bagus — ayunp @ 3:45 pm

Saat kau terpuruk dan terjatuh
Pakai pundakku
Dan kita lawan terpuruk itu
Karena Tuhan tahu kita mampu…kita mampu…

 

Menanam Pohon Januari 12, 2014

Filed under: Hikmah,yang bagus — ayunp @ 7:18 am
Tags:

Mengapa ada sekelompok orang yang berinisiatif menanam pohon? Jawabannya sederhana. Karena Allah sediakan oksigen melalui pohon. Oksigen itu sesuatu yang penting, bukan?

Dengan menanam pohon, curah hujan akan meningkat. Kalau curah hujan meningkat, berarti turun rahmatNya dimana-mana.

Belajar dari mereka yang memulai semuanya dari pohon…

Kiai Hasanain: Everything Starts with A Seed

 

 

Haji Chaerudin: Pendekar Kali Pesanggrahan

 

 

Membangun Tangga-Tangga Menuju Surga Desember 7, 2013

Filed under: cerita da'wah sekolah,Hikmah — ayunp @ 3:06 am
Tags: ,

Wahai jiwa yang tenang!

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridaiNya

Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu

dan masuklah ke dalam surgaKu

(al Fajr 27-30)

Kudengar ayat itu dari murobbiyah pertamaku di waktu SMP. Seorang mahasiswi tingkat pertama yang rajin sekali berbagi di hadapanku pada hari Jumat. Pembawaannya yang ceria dan suka bercerita membuatku jatuh cinta padanya. Kefasihannya dalam membaca Alquran adalah sumber kerinduan untuk berjumpa dengannya.

Dialah yang mengajakku untuk menunaikan dua ibadah sunnah yang utama, Dhuha dan Tahajjud. Dialah yang mengingatkanku tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Dialah yang tak malu-malu menasihatiku untuk tidak berpacaran. Dialah yang menuntunku untuk menjauhi hal-hal yang meragukan.

Seluruh ajakan, pengingatan, nasihat, dan tuntunan yang telah dia berikan membuatku mengerti tugasku yang sebenarnya di dunia ini. Tugas yang telah melekat sejak dulu hingga kelak aku menghadapNya: menjadi hamba Allah yang berjiwa tenang. Sungguh, tangga-tangga menuju surga itu telah kubangun melalui lisan dan perilakunya!

Ternyata, pembangunan tangga-tangga menuju surga tak berhenti. Terus berlanjut hingga aku berada di SMA. Murobbiyahku berganti. Dia amat berbeda dengan murobbiyahku yang dulu. Lebih tegas, namun tetap lembut. Lagi-lagi, kefasihannya dalam membaca Alquran membuatku kagum. Kehadirannya dalam pertemuan pekanan nyaris tak pernah tergantikan. Padahal, dia juga seorang aktivis dakwah kampus yang padat dengan berbagai kesibukan dan agenda.

Pada sebuah kesempatan, dia mengulas ayat ini:

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

(at Taubah 24)

Seketika kutersentak. Baru kutahu, ternyata cinta kepada Allah, Rasul, dan Jihad harus didahulukan daripada cinta-cinta yang lain. Alhamdulillah, aku menyadari itu lewat perantaraannya.

Melalui lisannya, dia menyemangatiku untuk mulai berdakwah di jalanNya. Melalui teladannya, dia mengajakku untuk menjadi da’iyah yang profesional dan berwawasan luas. Melalui semangatnya, dia menyeruku untuk teguh menapaki jalan dakwah ini.

Lisannya, teladannya, semangatnya adalah bahan untuk membangun pondasi kecintaanku terhadap jalan dakwah. Hingga saat ini, aku masih mencintai jalan ini dan berusaha untuk teguh menapakinya meski tertatih. Sungguh, tangga-tangga menuju surga itu semakin meninggi lantaran seruanmu kepadaku untuk meninggikan kalimat Ilahi!

 

Surat untuk Ayah dan Bunda November 18, 2013

Filed under: Hikmah — ayunp @ 4:13 am
Tags:

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
aku bersyukur memiliki kedua orang tua sepertimu
aku bahagia bisa terlahir sempurna dalam pangkuanmu

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
ketika aku masih bayi, engkau berdua membesarkanku sekuat tenaga
Ayah yang tak henti bekerja supaya semua kebutuhanku terpenuhi
Bunda yang sabar menyusui dan menemaniku setiap hari
Aku begitu dibanggakan
Ayah dan Bunda memperkenalkanku pada banyak orang
Aku sering digendong
Aku sering dipeluk
Indahnya

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
ketika aku duduk di bangku sekolah
ada yang berbeda
ketika kubangun, Ayah dan Bunda sudah pergi
ketika kuterpejam, Ayah dan Bunda belum pulang
ketika berangkat dan ketika pulang sekolah
aku hanya ditemani Si Mbak dan Pak Supir
padahal aku ingin sekali
ketika kubangun, Ayah dan Bunda menyapaku hangat
ketika kuterpejam, Ayah dan Bunda  menemaniku dengan cerita dan nasihat
Aku sama sekali tak keberatan
bila Ayah dan Bunda bekerja
Tapi
Bisakah sebentaaar saja
Ayah dan Bunda hadir ketika kubangun dan ketika kuterpejam?

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
aku sudah merasa sangat cukup
Televisi layar datar  menyala terus di kamar
Koneksi internet dari komputer selama 24 jam
Telepon pintar yang selalu menyertaiku kemana-mana

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
sebenarnya, aku butuh yang lebih murah dari itu semua
kehadiranmu ketika kuterbangun dan kuterpejam

Ayah dan Bunda yang kusayangi,
yakinlah bila kehadiranmu itu di sampingku
tak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun

 

Balasan September 13, 2013

Filed under: catatan harian,Hikmah — ayunp @ 12:21 am
Tags:

Gelisah.Resah. Pesan singkat itu telah dikirim sejak semalam lalu.Namun tak berbalas. Padahal tanda centang hijau telah hadir.

Tak ada balasan. Sekadar kata ‘OK’ pun tidak. Apalagi ‘tanda jempol’ simbol setuju. Tak ada. Tak ada.

Ingin marah? Tak ada alasan yang jelas untuk itu. Hanya hati yang bisa bergumam dengan segenap kata ‘mungkin’. ‘Mungkin lupa’,’Mungkin tak punya pulsa’,’Mungkin sibuk’. Semua kata mungkin dibuka untuk mencari seribu satu alasan baik. Semua bersit yang buruk ditutup agar tak ada lagi prasangka tidak baik.

Itu baru balasan pesan singkat. Bagaimana dengan balasan amal? Ini sebenarnya yang lebih patut dikhawatirkan. Urusannya bukan dengan manusia, tapi langsung dengan Sang Pencipta. Bagaimana kalau merasa sudah melakukan yang terbaik namun tak dibalas? Repot, bukan?

Khawatir tentu harus ada.Namun itu bukan alasan untuk tak berprasangka baik padaNya. Bukankah sudah jelas, amal yang baik akan dibalas dengan yang lebih baik? Bukankah sudah jelas, amal yang baik tak akan disia-siakan begitu saja?

Balasan itu memang nanti datangnya. Ada dua tugas besar menunggu: terus beramal dan luruskan bersit hati.

 

Sebuah Sudut di Satu Syawal: Nikah Agustus 9, 2013

Filed under: catatan harian,Hikmah — ayunp @ 2:54 pm
Tags:

Nikah memang tak ada habisnya dibahas. Termasuk di satu syawal ini. Dari pagi, siang, sore, kata ‘nikah’ terngiang di sela riuh rendah obrolan silaturahim.

Ada yang gembira tapi malu-malu karena sebentar lagi akan menikah.

“Maaf ya baru ngabarin kalo mau nikah.Baru siap sekarang…”

Orangnya siapa? Itu rahasia perusahaan. Tunggu saja undangan darinya ya… *senyumsenyum

Ada pula yang bingung setengah bercanda.

“Wah, kalo nikah nanti dan istrinya harus pulang kampung, berarti ikut mudik dong? Nanti mudiknya abis sholat Id aja kali ya biar nggak kena macet…”

Ada juga yang merasa galau di tengah kelegaannya.

“Alhamdulillah tadi pas silaturahim nggak ada yang nanya mau nikah kapan. Itu satu pertanyaan yang sulit dijawab seiring bertambahnya usia…”

Bagaimanapun sudut itu, nikah tetap upaya untuk memuliakan sunnah. Akur?

 

Belajar (Lagi) Tentang Aurat

Filed under: catatan harian,Hikmah — ayunp @ 2:20 pm
Tags:

Salam setelah shalat isya di akhir bulan mulia itu baru saja usai.Belum sempat istighfar, saya dikejutkan sebuah suara dari samping kanan saya.
“Mbak, harus pakai sarung tangan tuh.Nggak boleh kayak gitu…”

Saya tersenyum sembari berkata lirih,”Iya Ibu.Terima kasih sudah diingatkan.”

Seketika itu, saya langsung menerawang.Mengingat lagi sebuah hadits yang lafal arabnya saya tak hafal.Tapi saya ingat intisarinya sabda Rasulullah itu.Seorang muslimah yang sudah baligh harus menutup auratnya.Yang boleh terlihat hanya muka dan telapak tangan.

Muka, maksudnya sudah terang dan jelas.Nah, yang jadi permasalahan, telapak tangan…

Saya sempat membatin,”Sudah bertahun-tahun seperti ini.Shalat memakai jilbab menutupi dada,dengan manset dan sarung tanpa atasan mukena, tidak pernah ada akhwat yang menegur….”

Baik…karena ketidaktahuan saya dan untuk menghargai nasihat ibu itu, saya berinisiatif mengambil dan memakai atasan mukena milik masjid.

Seusai shalat saya kembali ke rumah.Setelah melepas penat sejenak, saya langsung ‘meluncur’ ke rumahfiqih.com. Akhirnya,saya mendapat jawabannya yang terang dan jelas.Batasan aurat wanita itu ternyata muka dan tapak tangan.Tapak tangan meliputi punggung tangan dan telapak tangan.Jadi,tak masalah jika bagian atas telapak tangan terlihat,asalkan pergelangan tangan ke atas tertutup…

Terima kasih,Bu.Teguranmu membuat saya belajar lagi batasan aurat setelah lama menutup aurat.

Senyum dari jama’ah sholat di sampingmu 🙂

 

‘Menyentuh Hati’ Kucing Anggora Mei 21, 2013

Filed under: catatan harian,Hikmah — ayunp @ 3:50 pm
Tags: ,

Awalnya binatang kesayangan nabi itu tak suka didekati. Dilihat dari kejauhan saja sudah menghindar. Apalagi dipegang. Ia menjauh tak suka. Satu langkah didekati, seribu langkah ia pergi.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya lahir sebuah ide. Bagaimana kalau kita beri makan saja? Walau cuma dengan nasi ditambah lauk sederhana di atas piring bening itu.

Piring bening itu diletakkan di atas tanah. Makhluk berambut cokelat itu berangsur-angsur mendekatinya. Sebelum itu, ia memastikan tak ada satupun manusia yang ada di sekitarnya. Jika benar-benar tak ada, maka ia langsung bergegas menyantapnya. Jika ternyata ia bertemu manusia, maka piring itu ditinggalkannya begitu saja. Tak jadi makan…

Tetapi, tak ada kata putus asa. Setiap pagi datang, piring bening itu tetap diletakkan. Terus-menerus, konsisten, istiqomah. Lama-kelamaan, ia tak takut lagi didekati. Tak ada lagi langkah seribu. Tak ada lagi ‘malu-malu’.

Agar lebih memikat lagi, kita coba memberinya susu cokelat dan ‘biskuit’. Alhamdulillah, ternyata ia makin melekat. Setiap hari datang ke rumah. Tentu saja untuk ‘bersilaturahim’ sembari meminta makan 🙂

Ia mengerti jika disayangi dan diperhatikan. Kita telah berhasil menaklukannya,  ‘menyentuh hatinya’.

Jika binatang saja ‘takluk’ dengan kebaikan, maka bagaimana dengan manusia?

IMG00328-20130519-0952

 

Indahnya Ditebengin… April 3, 2013

Filed under: Hikmah — ayunp @ 2:32 am
Tags: ,

Ternyata punya motor itu berisiko ya…berisiko ditebengin sama orang lain. Tapi ya udah lah, diambil positifnya aja. Kan bisa jadi sarana supaya lebih bermanfaat buat sesama. Betul nggak?^^

Saya udah lumayan lama diamanahin punya motor nih. Sekitar enam tahun-an kalo nggak salah. Begitu deh, saya jadi punya ‘kelebihan’ baru. Apalagi kalo bukan ditebengin orang. Mulai dari ibu, kakak, adik, teman, semuanya mau nebeng sama saya. Kadang sering saya tawarin juga sih dengan tarif tertentu (he..he..he..bohong ding. Kan bukan tukang ojek ^0^). Kesel? Nggak tuh, happy-happy aja…Enjoy aja lagi (*niruiklan)

Kalo ditebengin sama orang yang udah dikenal mah biasa. Ada lagi nih yang luar biasa! Apa tuh? Ditebengin sama orang yang nggak dikenal sebelumnya! Seru deh! Setiap tebengan punya ceritanya masing-masing.

Tebengan Pertama

Baru aja nih ngeluarin motor dari rumah. Niatnya mau buru-buru cap cus. Eh, baru mau buka pager, saya lihat ada ibu-ibu berjilbab jalan agak terburu-buru. Ya udah deh, saya senyumin aja. Ibu itu langsung nyambut senyuman saya dengan bilang,”Mbak, maaf, bisa nebeng nggak?” Percakapan akhirnya lanjut…

“O iya Bu nggak apa-apa. Emang ibu mau kemana?” kata saya sambil pasang kunci mau nyalain mesin.

“Ini Mbak, saya mau ngajar nih di TK Damar. Udah telat nih…”kata Ibu sambil naik ke motor saya.

Akhirnya tancep gas deh. Sambil ngobrol, akhirnya saya tahu Ibu itu ternyata ngajar anak-anak yang nggak mampu di sebuah TK gratis. Keren banget dah!

Tebengan Kedua

Di sebuah pertigaan jalan, saya celingak-celinguk mau belok kiri. Eh, tiba-tiba ada Mbah Putri langsung duduk di jok motor.”Neng, anterin Mbah ke tukang pijit dong…” Ya udah deh, udah kadung duduk, gimana mau nolak, padahal lagi buru-buru nih. Ok, Alhamdulillah tukang pijitnya nggak terlalu jauh. Sebelum saya pergi, Mbahnya minta uang lima ribu buat bayar tukang pijit. Ok deh Mbah…*nyengir

Tebengan Ketiga

Di perempatan menuju ‘kantor’, saya lihat ada ibu yang lagi lari-lari. Ada apa gerangan? Saya lewat aja gitu di samping dia. Eh, dia malah bisik-bisik sama saya.”Mbak, bisa nebeng nggak? Saya mau ngejar anak saya…” Saya jadi ikutan  ‘panic at the disco’ juga nih. Langsung deh tancap gas.”Ayo Mbak cepet, itu anak saya udah lari…” Fiuuh, akhirnya ketemu juga tuh anaknya Ibu. Mmmm, ternyata bukan anak SD seperti yang saya kira. Anaknya itu udah gede dan (maaf) rada error. Kata ibunya, udah ketinggian ‘ilmu’…

Begitulah..smoga yang nebeng tambah banyak ya biar saya dapat banyak pahala… Aamiin^^